Namanya Junus Moningka. Seorang lelaki tua dari Minahasa. Matanya berair ketika mengenang masa yang sudah jauh tertinggal. Ia masih bisa mendengar suara tembakan itu. Bau mesiu. Rumput basah di Salenda yang menempel di kulit. Semua itu sudah lebih dari empat puluh tahun lalu, tapi masih hidup dalam ingatannya seperti baru kemarin. Kadang, ketika ia duduk di beranda rumah dan mendengar suara motor lewat, ia merasa seperti mendengar dentum mortir Jepang yang memecah pagi. Moningka adalah mantan prajurit KNIL kelas satu di tahun 1940-an. Kira-kira tahun 1988, seorang wartawan Belanda, Michiel Hegener, datang ke rumahnya. Usia Moningka sudah enam puluh tujuh waktu itu. Di rumah itu ada banyak orang menyaksikan Moningka diwawancarai. Keluarga dan tetangga hadir. “Mereka minum teh dan makan kue kelapa,” kata Hegener dalam tulisannya berjudul "Tranen om een dapper man door" yang terbit di De Volkskrant edisi 03-09-1988 . Hegener lahir di Hilversum pada 11 Mei...
Hari ini di masa lalu