![]() |
Lukisan sebuah jalan besar di Minahasa Tempo Dulu |
SUATU malam pada tahun 1860-an, di sebuah rumah kecil di sudut
jalan negeri Lota’.
“Oi! Oi! Apa ada orang di sini? Oi! Oi!,” seseorang mencari
tahu apakah ada orang di dalam rumah kecil itu.
Orang di dalam rumah kecil itu terkejut. Namun, ia tidak
langsung keluar. Dengan segera ia membuat nyala api di tanah membesar. Ia sementara
masih duduk berjaga. Namun, setelah itu ia berdiri dan mengintip keluar dari
kegelapan. Rupanya ia ingin mencari tahu siapa yang memanggil dari luar.
Orang yang berada di luar berkata lagi, “Oi, apa Anda ada
api?”
“Api, ya ada!” orang yang berada di dalam menyahut.
“Apakah Anda dapat membuatkan sebuah obor untuk diberikan
kepada seseorang untuk dipakai dalam perjalanan dengan bayaran?”
Dialog dia atas adalah cerita Pdt. Nicolaas Graafland tentang
aktivitas rumah jaga di Lota’ yang waktu itu adalah ibu negeri distrik
Kakaskasen. Kepala distrik waktu itu, seperti disebutkan Graafland berpangkat
hukum besar. Graafland adalah zendeling dari Belanda yang datang ke Minahasa di
pertengahan abad 19 itu. Graafland melihat rumah jaga itu ketika ia mengunjungi
Lota’.
“Itu rumah jaga. Bentuk lama daripada rumah jaga itu,
seperti yang masih banyak terdapat di luar jalan besar berbentuk seperti
lumbung kecil, yang di depan terbuka seluruhnya dan di tiga sisi tertutup, “
tulis Graafland pada buku laporan perjalananya yang dalam terjemahan bahasa
Indonesia dengan penerjemah Yoost Kullit berjudul Minahasa Masa Lalu dan Masa Kini (terbit pertama kali di Rotterdam
Belanda tahun 1869).
Di dalam rumah jaga itu, di bagian depan, di bagian pinggir,
atau tengah terdapat api dari kayu bakar yang harus selalu ada. Pada sebuah
gantungan terdapat sebuah pengukur waktu yang terbuat dari dua botol yang kedua
mulutnya saling berhadapan. Pada satu botol yang berada di posisi atas berisi
pasir yang turun sedikit demi sedikit mengisi botol yang di bawahnya. Alat
pengukur waktu lainnya pegganti alat ukur waktu botol itu adalah tempurung yang
berisikan air, yang cara kerjanya seperti dua botol itu.
Alat bunyi yang salah satunya biasa terdapat pada rumah jaga
di Minahasa masa itu adalah gong, tifa atau kalau tidak tetengkoren. Alat-alat bunyi ini dipakai untuk menandakan waktu
atau untuk memanggil orang-orang di kampung untuk berkumpul. Di bagian tertentu
ruangan rumah jaga itu terdapat pula tali gomutu,
yang tergantung atau terletak di lantai untuk mengikat kuda. Di bagian depan,
di atas tanah terdapat torongku, suatu
balok kalyu, tempat kaki para tanahan dipasung. Di bagian belakang rumah jaga
itu terdapat semacam bilik atau lemari kecil tempat menyimpan barang-barang
milik kelompok kabesaran. Pada banyak
waktu, bilik itu dipakai sebagai tempat duduk, atau tempat tidur pada penjaga.
Sehari-hari fungsi rumah jaga di Lota’, dan begitu rupanya
pada umumnya adalah untuk menjaga kampung atau negeri. Rumah jaga berfungsi
pula sebagai semacam pusat informasi dari orang-orang yang melewati negeri
sebagai pengelenana menuju suatu tempat. Di sana para pengelana menanyakan asal
tempat tingggal orang dan petunjuk arah jalan. Rumah jaga juga dapat berfungsi
sebagai pemberi bantuan bagi seorang atau sebuah kelompok pengelana yang
mengalami musibah. Di rumah kecil itupula, para pengenala dapat beristirahat
sejenak setelah melakukan perjalanan yang jauh. Para penjaga dan warga negeri
akan memberi mereka makanan untuk menghilangkan rasa lapar.
“Dengan makanan
yang sederhana tetapi yang disajikan dengan murah tangan,” kata Graafland.
“Bagi rakyat maka rumah jaga itu, apalagi dahulu kala,
merupakan tempat yang paling menyenangkan di seluruh negeri, sama seperti
tempatnya tukang besi di dusun di Belanda,” tulis Graafland.
Di rumah jaga itu, terutama di malam hari, beberapa orang
berkumpul untuk bacirita sejarah
kehidupan mereka. Kata Graafland, di tempat itu pada malam hari, biasanya ada
seorang yang lanjut usia bergabung dengan para penjaga. Di dekat api mereka
duduk, lalu orang yang lanjut usia itu akan berkisah mengenai riwayat kebesaran
para leluhur negeri di masa lalu. Cerita dari si lanjut usia itu akan menemani
para penjaga rumah jaga melewati malam.
“Berbagai kejadian di negeri, distrik dan tanah air dipermasalahkan di sini, dan diberikan tambahan yang perlu, “tulis Graafland.
Sumber foto: L.J. van Rhijn, "Reis Door den Indischen Archipel", 1851
Comments
Post a Comment