![]() |
Pelabuhan Amurang awal abad 20 |
PENYAKIT cacar masih membahayakan orang-orang Minahasa hingga awal abad 20. Wabah
penyakit terparah terjadi pada pertengahan abad 19. Populasi Minahasa menurun
drastis. Sejak beberapa tahun sebelumnya, pemerintah telah berupaya melakukan
vaksinasi. Tapi itu ternyata belum dapat menahan penyebaran virus cacar di
Minahasa.
“Pada
bulan Desember 1907 - kasus cacar pertama ditemukan di Romoöng (Amurang),” tulis Fred H. Wuller, seorang dokter Belanda
dalam Is wettelijke Vaccinatie-en
Revaccinatiedwang noodzakelijk, gewenscht en mogelijk? (1915).
Wuller datang ke
Keresidenan Manado untuk melakukan upaya pemberantasan penyakit tersebut. Dia
juga melakukan penyelidikan terkait penyebab dan tingkat penyebaran wabah
tersebut.
Dalam catatannya,
Wuller mengatakan, dia lumayan leluasa melakukan pekerjaannya karena kepala di
Amurang menyambut dengan ramah dan mendukung pekerjaannya.
Wuller menulis, pada
tanggal 1 Januari 1908, jumlah total orang sakit di negeri Sendangan dan
Talikuran masing-masing adalah 16 orang 15 dan 1. Dua negeri tersebut berada distrik
Romoong, afdeelingen Amurang. Di Rumoong berdiam kepala distrik yang disebut
Mayor.
“Setibanya saya di Amurang pada 8 Januari jumlah penderita cacar mencapai masing-masing 24 dan 5 atau jumlah total 29 orang,” tulis Wuller.
Menurut informasi
yang diterima dari kepala distrik atau mayor (districtshoofd), awal mula wabah variola
atau virus cacar di Romoöng berasal dari seorang perempuan yang datang dengan
menumpang perahu dari daerah yang terdampak wabah pada 4 November 1907. Diduga
kuat, perempuan di tempat itu telah terkena virus.
Wuller menulis,
perempuan yang datang dari daerah wabah juga membawa anaknya. Diduga kuat, si
anak itu juga sudah terjangkit virus.
“Anak itu, yang
telah bersamanya, menerima gejala penyakit pertama tiga hari setelah tiba di
Sendangan,” tulis Wuller.
Pada 29 Desember
1907, petugas vaksin dikirim dari Romoöng
oleh kepala distrik setempat untuk memastikan apakah para tersangka benar-benar
menderita cacar. Dari hasil pemeriksaan petugas dipastikan bahwa keduanya telah
terkena virus cacar.
Berdasarkan itu maka kemudian ditetapkan bahwa jumlah kasus cacar sebanyak 6. Penularan terjadi karena antara lain, menurut Wuller, orang-orang di dua negeri itu tidak tahu tentang jenis penyakit ini.
“Setelah
mendengar ada orang yang sakit terkena wabah, orang-orang datang
mengunjunginya,” tulis Wuller.
Upaya
mengantisipasi penyebaran wabah waktu itu adalah dengan memberi tanda hitam pada
rumah-rumah yang terdapat anggota keluarga yang terkena cacar. Maksudnya untuk
mengisolasi yang terkena cacar agar tidak menjangkiti orang lain.
Dari distrik
Romoöng, virus lalu menyebar ke distrik Tombasian, yaitu negeri Malikoe. Seorang
dari Romoöng yang pergi ke sana untuk urusan keluarga. Gejala terinfeksi muncul
dua hari kemudian.
Untuk mengisolasi
para penderita, sebuah gubuk sementara dibangun. Beberapa dari mereka yang
telah pulih kemudian ditempatkan di sebuah bangunan terpisah.
Wuller menulis,
upaya untuk mencegah agar penyebaran tidak meluas, dan pula menghentikan wabah
itu, caranya adalah bekerjasama dengan Mayor Romoong. Sang mayor sangat aktif
bekerjasama dengan dia.
“Dia (mayor – red) mengumumkan bahwa, mengingat
kematian cacar, sangat penting untuk mengetahui seberapa besar kekuatan
populasi sebenarnya. Untuk itu, semua orang, besar dan kecil, harus hadir pada
4 Maret 1908 pukul 6 pagi di depan kantor distrik. Orang yang mengabaikan ini
karena kelalaian, keengganan atau sebaliknya akan dihukum,” tulis Wuller.
Maksud pengumuman
itu sebetulnya adalah untuk memberikan vaksin kepada mereka. Vaksinasi dilakukan mulai pukul 6 pagi hingga
12 malam. Sebanyak 552 orang (tua dan
muda) memperoleh vaksina. Warga yang datang menerima vaksin sangat banyak. Hampir
tidak ada yang menolak.
Vaksinasi telah
dilakukan di Minahasa sejak kira-kira tahun 1860-an. Tapi, menurut Wuller,
orang-orang di Rummong kebanyakan hanya divaksin sekali semasa kanak-kanak.
Oleh sebab itu banyak di antara mereka yang tidak lagi kebal.
Selain
menggalakkan lagi vaksinasi, pemerintah juga menggiatkan hidup sehat bagi
penduduk. Lalu rumah-rumah, perabot, pakaian, dan lain-lain disterilkan dari
virus dengan menggunakan larutan sublimate, carbol, dan air mendidih. Hidup
disiplin juga digiatkan, antara lain patuh pada instruksi para pekerja medis
agar anggota keluarga yang sehat tidak sembarangan berhubungan pasien.
“Kerabat yang
belum divaksinasi ... selalu berusaha untuk lewat jalan tersembunyi pergi ke rumah sakit untuk membawa semacam makanan
ringan karena kasihan, tidak tahu bahwa mereka menginfeksi diri mereka sendiri
dan menjadi sumber infeksi baru ketika mereka kembali ke kampung,” tulis
Wuller.
Masalah yang
ditemukan pada upaya pemberantasan wabah cacar ini, bahwa berapa penduduk yang sedang
sakit menolak untuk diisolasi dalam waktu yang lama melarikan diri ke kebun. Demikian
juga beberapa dari mereka yang ketika didiagnosa positif terkena virus, juga
ada yang melarikan diri. Karena itu, tulis Wuller tidak jarang orang-orang yang
melarikan diri itu ditemukan di kebun dalam keadaan meninggal.
Jumlah penduduk
di distrik Rumoong yang meninggal akibat virus cacar, yaitu masing-masing di
negeri Talikuran, Sendangan, Serani-Kawangkoan periode 1 sampai 31 Januari 1908
sebanyak 19 orang. Periode bulan Februari, ditambah negeri negeri Maliku di
distrik Tombasian total yang meninggal sebanyak 8 orang. Periode Maret, korban meninggal untuk empat negeri itu
tinggal satu orang.
Sampai Agustus
1908, virus cacar sudah meluas meliputi sebagian besar afdelingen, distrik dan
negeri se-Minahasa. Data yang dikutip Wuller menyebut, total keseluruhan korban
meninggal akibat wabah cacar di Minahasa sampai Agustus 1908 sebanyak 230
orang.(*)
_______________________
Artikel ini ditulis oleh Denni H.R. Pinontoan. Saran dan masukan silakan dikirim ke alamat email dpinontoan6@gmail.com. Pengutipan untuk penelitian atau penulisan artikel, harap mencantumkan nama 'Denni H.R. Pinontoan'. Pihak yang akan mengutip keseluruhan artikel untuk diterbitkan di media lain atau untuk kepentingan komersil lainnya, harap terlebih dahulu menghubungi penulis.
*Jika anda ingin menghubungi saya terkait dengan artikel yang dibaca di blog ini, atau untuk menyampaikan sesuatu boleh melalui:
082187097616
Comments
Post a Comment