Skip to main content

Parlemen Virtual


“Parlemen Nepal saat ini adalah Discord,” ujar Sid Ghimiri (23), kreator konten yang juga penyelenggara kanal diskusi di platform tersebut, seperti dikutip The New York Times.

Sid Ghimiri berbicara tentang sesuatu yang baru sama sekali kaitan demokrasi dan teknologi digital. Dan, itu dimulai di Nepal, negaranya. Teknologi digital telah benar-benar berfungsi untuk praktik politik.

Pemilu ala Gen Z Nepal ini adalah rangkaian     perubahan yang sedang diperjuangkan di negara itu. Bermula dari kebijakan pemerintah Nepal melarang sekitar 26 aplikasi media sosial besar, termasuk Facebook, WhatsApp, dan Instagram, maka muncul protes luas yang dipimpin generasi muda, terutama Gen Z. Mereka menuntut kebebasan digital dan partisipasi dalam politik. Ini boleh dikatakan bagian pula dari perkembangan demokrasi di era ini.

Kekuatan massa yang dimotori oleh Gen Z telah berhasil meruntuhkan kekuasaan struktural pemerintah. Kekuasaan berhasil direbut oleh massa. Tapi, sebagai negara, pemerintahan harus tetap ada. Maka, diselenggarakan lah Pemilu untuk memilih pemimpin baru. Tidak ada kampanye. Tidak pula ada semacam KPU. Tidak ada TPS-TPS. Tidak ada politik uang. Yang ada adalah parlemen virtual, yaitu “Discord”. 

Server-server besar dibuka, menjadi ruang diskusi publik yang menampung ribuan orang. Melalui kanal-kanal khusus, pengguna berbagi informasi, mengatur strategi protes, hingga mengadakan jajak pendapat. Salah satu polling terbesar, yang diikuti lebih dari 7.000 orang, menghasilkan dukungan mayoritas bagi Sushila Karki, mantan Ketua Mahkamah Agung Nepal. Pilihan ini kemudian terwujud dalam realitas politik ketika Karki, seorang perempuan yang dihormati resmi dilantik sebagai perdana menteri interim.

Fenomena ini memperlihatkan kekuatan demokrasi digital: memperluas partisipasi warga, mempercepat arus komunikasi, dan menciptakan transparansi relatif dalam pengambilan keputusan.

Tapi, ini dapat terjadi ketika kedaulatan itu benar-benar ada pada massa atau publik. Dan, seolah sudah menjadi kodrat, orang banyak tidak dapat memerintah secara langsung. Pemerintahan selalu dibutuhkan untuk mengelola kedaulatan publik. 

Maka, ini jadi pelajaran penting: antara rakyat dan pemerintahan adalah dua unsur yang mesti memiliki relasi yang setara dan partisipatif. Sebab dalam logika demokrasi - beda dengan monarkhi yang diperintah oleh bangsawan - orang-orang di pemerintahan adalah juga rakyat yang mendapat tugas untuk mengelola kekuasaan bagi kepentingan bersama. 

Dan, kekuasaan massa rupanya akan selalu muncul ketika rakyat di pemerintahan sudah lupa diri, lupa kalau mereka sejatinya adalah juga rakyat. Di Nepal Discord menjadi parlemen virtual di mana kekuasaan publik dinyanyikan. 

Comments

Popular posts from this blog

Awal Mula Gerakan Pantekosta di Tanah Minahasa

Sekolah Alkitab di Surabaya tahun 1941 Orang-orang Minahasa di tanah rantau, bertemu dan meyakini gerakan Pantekosta yang diperkenalkan oleh para missionaris keturunan Belanda yang bermigrasi ke Amerika. Lalu para penginjil ini pulang kampung dan menyebarkan gerakan Pantekosta di tanah asal mereka. PELABUHAN Amurang, 13 Maret 1929. Sebuah kapal penumpang yang berlayar dari Surabaya baru saja berlabuh. Dua penumpang di antaranya sedang menjalankan misi gerakan Pantekosta. Julianus Repi dan Alexius Tambuwun, nama dua penumpang itu.    Di Tanah Jawa, tanah perantauan, mereka mengenal dan belajar aliran kekristenan ini. Di tanah asal mereka, Minahasa jemat Kristen Protestan sudah berdiri sampai ke kampung-kampung sejak beberapa abad lampau. Dengan semangat yang menyala-nyala, dua pemuda ini bertekad pulang ke tanah kelahiran untuk menjalankan misi.   "GPdI masuk di Sulut ketika itu dikenal dengan Sulutteng pada awal Maret 1929. Julianus Repi dan Alexius Tambu...

'Kukis Brudel', Kue dari Belanda yang Populer di Minahasa

Kue Brudel dari Belanda, diperkenalkan di Hindia Belanda oleh Nonna Cornelia dalam buku resepnya, di Minahasa kue jenis ini sangat populer   SETIAP mendekati ‘Hari Besar”, Natal dan Tahun Baru atau acara-acara tertentu, orang-orang Minahasa pasti akan mengingat kukis (kue) yang satu ini: brudel. Kukis brudel dapat dinikmati setelah makan rupa-rupa lauk-pauk dalam pesta-pesta. Juga sangat pas dinikmati bersama kopi atau teh hangat.     Dari mana asal kukis brudel ini? Orang-orang akan menjawab, dari Belanda. Dari zaman kolonial. Tapi bagaimana kisahnya? Resep kukis (kue) brudel atau dalam bahasa Belanda ditulis broeder sudah muncul dalam sebuah resep masakan tahun 1845. Pengarangnya bernama Nonna Cornelia. Buku karangannya yang berjudul Kokki Bitja ataoe Kitab Masakan India diterbitkan dalam bahasa Melayu dicampur bahasa Belanda. Pertama kali terbit tahun tahun 1845, lalu terbit lagi dalam edisi revisi tahun 1859.     “Ambil doea deeg, ...

Riwayat Lagu ‘Sayang-sayang Si Patokaan’

Lagu 'Patokaan' pada iklan Haagsche Courant edisi Februari 1928 “Sayang-sayang si Patokaan” lagu rakyat asal Minahasa yang bemula dari saling ejek antar orang-orang di beberapa kampung di Tonsea, bagian utara tanah Minahasa. Dalam perjalanannya, lagu ini sering disalahartikan. SUATU hari di tahun 1950-an, Wilhelmus Absalom Reeroe, waktu itu sebagai mahasiswa di Jakarta menyaksikan sebuh kapal perang Uni Soviet yang berlabuh di Tanjung Priok, Jakarta. Sebagian penumpang kapal turun untuk main sepak bola persahabatan di lapangan Ikada. Sebelum pertandingan di mulai, orang-orang Uni Soviet ini terlebih dahulu menyanyikan sebuah lagu yang sangat dikenal oleh Roeroe sejak masa kanak-kanaknya di Kakaskasen, Minahasa. Lagu “Sayang-sayang si Patokaan”. Aslinya, syair lagu ini ditulis dalam bahasa Tonsea. “Terkejutlah juga kami mendengarnya,” tulis Roeroe dalam bukunya I Yayat U Santi, terbit tahun 2003. Di masa perpeloncoan mahasiswa di tahun 1950-an itu, kata Roero...