Saturday, December 15, 2018

Ibadah Natal di Gereja Sentrum Tondano dan Menteri Muslim






HARI Natal, 25 Desember 1951. Wakil Perdana Menteri Raden Suwiryo berkunjung ke Tondano, Minahasa. Ia di temani dua menteri. Menteri Sosial Sjamsuddin Sutan Makmur dan yang satu lagi asal Minahasa, menteri Penerangan Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu. Tidak hanya sekadar berkunjung, Suwiryo dan Sjamsuddin yang beragama Islam itu juga mengikuti ibadah Natal di dalam gedung gereja GMIM Sentrum Tondano. Mereka ini duduk dalam kabinet Kabinet Sukiman-Suwirjo.

Sebelum ke Tondano, para petinggi negara ini terlebih dahulu mengunjungi makam Tuanku Imam Bonjol di Lota, Pineleng.

“Setelah kunjungan ini, para menteri beragama Islam, Suwirjo dan Sjamsuddin menghadiri kebaktian di gereja darurat Tondano untuk pertama kalinya,” tulis Java-bode, koran berbahasa Belanda yang terbit di Batavia dalam terbitannya edisi 28 Desember 1951.   

Wakil Perdana Menteri Raden Suwiryo adalah seorang tokoh pergerakan kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah, tanggal 17 Februari 1903. Semasa muda ia aktif di organisasi pergerakan pemuda Jong Java lalu kemudian bergabung di Partai Nasional Indonesia (PNI). Ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri dari 27 April 1951 hingga 3 April 1952.

Menteri Sosial Sjamsuddin Sutan Makmur adalah seorang tokoh PNI kelahiran Pangkalan Brandan, Sumatera, tahun 1909. Sementara, menteri Penerangan Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu adalah tokoh pergerakan asal Minahasa. Ia lahir di Manado pada tanggal 4 Desember 1896 dari keluarga terkemuka di masa itu.  Ayahnya bernama Karel Charles Wilson Mononutu dan ibunya bernama Agustina van der Slot. Namanya mengambil nama sang kakek, Arnold Mononutu, orang Minahasa pertama yang menyelesaikan studi School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) di Batavia. 

Ibadah Natal itu dilaksanakan di gedung darurat.  Gedung lama gereja ini rusak akibat terkena bom di masa pendudukan Jepang. Gedung gereja lama sudah dibangun sejak pertengahan abad 19. Ketika Zendeling Johann Fredrich Riedel pertama ke sana Oktober 1831, gedung gereja yang tersedia terbuat dari kayu dengan ukuran kecil. Gedung gereja itu hancur akibat gempa bumi yang dahsyat beberapa tahun setelah kedatangan Riedel.  Akibat kerusakan itu, zendeling Hessel Rooker bersama jemaat mengusahakan pembangunan gedung gereja yang lebih besar.

“Gereja darurat ini telah menggantikan gereja tua di tempat ini, yang merupakan yang terbesar di Indonesia, tetapi dibom selama pendudukan Jepang,” tulis Java-bode.
Setelah kebaktian Natal, Wakil Perdana Menteri Suwiryo menyampaikan pidatonya. Ia mengatakan, tulis Java-bode, iman dan kekuatan batin yang kuat diperlukan untuk membangun manusia, masyarakat, dan negara.

Setelah mengikuti ibadah Natal, para petinggi negara ini kemudian mengunjungi makam G.S.S.J. Ratu Langi. Di sana mereka meletakkan bunga di makam tokoh Minahasa itu.  

 

_______________________
Artikel ini ditulis oleh Denni H.R. Pinontoan. Saran dan masukan silakan dikirim ke alamat email dpinontoan6@gmail.com. Pengutipan untuk penelitian atau penulisan artikel, harap mencantumkan nama 'Denni H.R. Pinontoan'. Pihak yang akan mengutip keseluruhan artikel untuk diterbitkan di media lain atau untuk kepentingan komersil lainnya, harap terlebih dahulu menghubungi penulis.

Makase banyak.








Friday, December 7, 2018

'Kukis Brudel', Kue dari Belanda yang Populer di Minahasa


Kue Brudel dari Belanda, diperkenalkan di Hindia Belanda oleh Nonna Cornelia dalam buku resepnya, di Minahasa kue jenis ini sangat populer
 
SETIAP mendekati ‘Hari Besar”, Natal dan Tahun Baru atau acara-acara tertentu, orang-orang Minahasa pasti akan mengingat kukis (kue) yang satu ini: brudel. Kukis brudel dapat dinikmati setelah makan rupa-rupa lauk-pauk dalam pesta-pesta. Juga sangat pas dinikmati bersama kopi atau teh hangat.   

Dari mana asal kukis brudel ini? Orang-orang akan menjawab, dari Belanda. Dari zaman kolonial. Tapi bagaimana kisahnya?

Resep kukis (kue) brudel atau dalam bahasa Belanda ditulis broeder sudah muncul dalam sebuah resep masakan tahun 1845. Pengarangnya bernama Nonna Cornelia. Buku karangannya yang berjudul Kokki Bitja ataoe Kitab Masakan India diterbitkan dalam bahasa Melayu dicampur bahasa Belanda. Pertama kali terbit tahun tahun 1845, lalu terbit lagi dalam edisi revisi tahun 1859.   

“Ambil doea deeg, doea poeloe telor, doea mangkok mantega entjer; kaloe terlaloe entjer, taroh soesoe satoe mangkok satengah dan doea sendok goela; itoe goela misti bikin kring sama deeg, dan abis taroh di tampatnja dan lantas bakar sampeh matang,” tulis Nonna Cornelia menjelaskan resep kukis brudel dalam buku resepnya yang terbit tahun 1859 itu.   

Jika dialihbahasakan ke dalam bahasa Melayu yang telah dimodernkan alias bahasa Indonesia, kira-kira jadinya begini, “Ambil dua adonan, dua puluh telor, dua mangkok mentega cair; jika terlalu cair, tambah susu satu mangkok setengah dan dua sendok gula. Lalu gula harus sampai kering bersama adonan, dan setelah itu tuangkan di tempat dan dipanggang hingga matang.”

Nonna Cornelia juga menulis variasi lain kukis brudel. Keluarga-keluarga di Minahasa dan mungkin juga Ambon mengenal resep ini hingga suatu masa. Jenis brudel yang menggunakan saguer.

“Satoe pond tepoeng dan poekoel sama toeak dahoeloe, sampeh djadi kental skali, dan abis kasih tingagl sampeh doea djam biar djadi mankak,” tulis Nonna Cornelia.

Ukuran satu pon sama dengan 0,5 kg. Tepung sebanyak itu diaduk bersama saguer atau tuak. Saguer berfungsi untuk fermentasi bikin adonan berkembang atau mangkak.

“Kaloe soedah mangkak, baroe taroh delapan telor, dan misti poekoel baik-baik skali, abis taroh mantega jang soedah entjer satoe pond, dan poekoel sama-sama itoe tepoeng; kaloe soedah, poekoel sampeh rata, taroh kis mis, kanari, (tetapi itoe misti pottong haloes haloes dahoeloe), dan manisan djeroek, dan itoe lagi misti di pottong haloes-haloes dahoeloe, baroe tjampoer sama itoe tepoeng,” jelas Nonna Cornelia.

Setelah semua proses itu selesai, adonan lalu dituangkan ke tempat cetakan yang sebelumnya sudah digosok dengan mentega. Tunggu beberapa lama sampai mengembang. Di Minahasa cara memanggang yang lazim tidak memakai oven. Biasanya tempat panggang dibuat sendiri dari sejenis seng yang agak tebal dibuat melonjong. Bara apinya adalah kulit buah kelapa atau orang-orang Minahasa menyebutnya gonofu yang dibakar. 

“Kaloe lagi bakar mistie kira­kira djangan sampeh djadi angoes,” pesan Nonna Cornelia.

Siapa Nonna Cornelia yang berjasa bagi pertukaran kuliner di Hindia Belanda di masa itu? Tidak ada informasi yang banyak siapa dia. Cuma saja dalam pengantar bukunya terbitan tahun 1859, disebutkan bahwa ia meninggal secara tragis beberapa hari sebelum edisi revisi bukunya terbit. Disebutkan, bahwa ia meninggal tiba-tiba di dapur akibat shock karena resep kwee broeder yang dia siapkan gagal.

Kematiannya, pada tanggal 4 Oktober 1859, diterbitkan dalam pemberitahuan kematian beberapa surat kabar di Hindia Belanda dan Belanda, sehingga tidak bisa dianggap sebagai fiksi atau pertunjukan penerbit?” tulis blog Shared Taste.   

Lalu apa arti nama broeder untuk jenis kue ini? Situs Bakkerij Otten menyebutkan beberapa versi asal-usul nama broeder. Beberapa orang mengaitkan namanya dengan serikat atau persaudaraan para tukang roti. Untuk bergabung, seseorang harus membuat sebuah mahakarya. Komunitas ini terdiri dari para pembuat roti kismis bulat,” tulis Bakkerij Otten.

Versi lain menyebutkan, bahwa nama broeder diambil dari sebutan ‘saudara-saudara rohani’ (de geestelijke broeders) yang membagikan apa yang mereka punya kepada orang-orang miskin pada kesempatan-kesempatan khusus.

Di Minahasa, bolehlah kita artikan brudel sebagai kukis basudara. Kukis yang hampir selalu tersedia dalam acara-acara yang mempertemukan ‘sudara basudara’. Kukis yang selalu tersaji untuk menemani acara ‘bakumpul’ dan ‘bacirita’ keluarga atau sesama warga wanua.  



_______________________
Artikel ini ditulis oleh Denni H.R. Pinontoan. Saran dan masukan silakan dikirim ke alamat email dpinontoan6@gmail.com. Pengutipan untuk penelitian atau penulisan artikel, harap mencantumkan nama 'Denni H.R. Pinontoan'. Pihak yang akan mengutip keseluruhan artikel untuk diterbitkan di media lain atau untuk kepentingan komersil lainnya, harap terlebih dahulu menghubungi penulis.

Makase banyak.

 

Sunday, September 30, 2018

Sejarah Tsunami di Sulawesi Utara


Daerah pesisir Sulawesi Utara yang berdekatan dengan laut Maluku Utara rawan terkena tsunami jika terjadi gempa di laut itu.

HARI sudah malam, kira-kira pukul delapan. Sebuah gempa berkekuatan 8,0 skala richter terjadi di Laut Maluku. Jaraknya ± 72 km dari Kema, sebuah kota pelabuhan di bagian utara Minahasa. Hari itu, Jumat, 6 September 1889.  

“Tsunami muncul segera setelah gempa, “ tulis Kevin McCue dalam tulisannya berjudul Historical earthquakes in the Northern Territory.

Tinggi gelombang tsunami di Kema, kata McCue, sekitar 3,5 sampai 4 meter. Di Manado setinggi 2 meter. Amurang juga mengalami. Tsunami ini mengakibatkan kerusakan pemukiman di Kema dan banjir di Bentenan.

“Tiga puluh blok pemukiman (distrik) hancur di Kema. Di Bentenan, satu distrik perumahan mengalami banjir 15 kali dalam 2 jam. Air naik 0,5 m (2 kaki) di pekarangan rumah di pantai selama tiga gelombang pertama,” tulis McCue. 

Di pulau Ternate gelombang air laut tiba-tiba meninggi.  Di Pulau Sangihe terjadi banjir besar. Di Tahuna, terjadi  kenaikan ketinggian air sekitar 1,5 m. Air naik dalam waktu sekitar 2 menit dan surut  dalam 3 menit.

McCue mengatakan, menurut seorang saksi mata, pergerakan air dimulai semenit setelah gempa bumi dan diiringi  oleh suara seperti ombak yang kuat. Jembatan di seberang sungai Tahuna terangkat oleh banjir dan sebagian menabrak tiang-tiangnya. Gelombang berulang sepanjang malam sampai pagi, secara bertahap meningkatkan interval: dari 5 menit hingga 30 menit.

“Sebagian besar warga Tahuna bergegas ke bukit-bukit yang berdekatan setelah gempa bumi dan bermalam di sana. Pada tanggal 9, banyak ikan mati ditemukan di Tanjung Tahuna,”  kata McCue.

Sebelum tsunami September 1889 itu, tercatat enam kali terjadi gempa di laut Maluku Utara yang menyebabkan tsunami di Kema, Belang, Manado dan beberapa daerah pesisir lainnya di Tanah Minahasa. Tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi dan letusan gunung berapi itu terjadi sejak November 1857, demikian seperti dicatat dalam buku Air Turun Naik di Tiga Negeri, Mengingat Tsunami Ambon1950 di Hutumuri, Hative Kecil dan Galala, terbit tahun 2016. Lalu berikutnya Desember 1858, Oktober 1859, Desember 1959,  Maret 1871, dan Maret 1888. Sampai Desember 1939 juga terjadi beberapa kali tsunami.

Menurut Slamet Suyitno Raharjo, Gybert E. Mamuaya, dan Lawrence J.L. Lumingas dalam penelitian mereka berjudul Pemetaan Daerah Rawan Tsunami di Wilayah Pesisir Kema, Sulawesi Utara yang dipublikasikan Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 1, Mei 2013, laut Maluku berpotensi terjadi gempa bumi dengan magnitudo 8,5 Skala Richter yang dapat menimbulkan tsunami hingga melanda di pantai wilayah pesisir Kema pada menit ke 10 setelah kejadian gempa bumi, dengan ketinggian run up tsunami mencapai 13,9 meter.

“Pemetaan run up tsunami tersebut menunjukkan bahwa seluruh wilayah pesisir Kema adalah daerah rawan tsunami,” tulis Raharjo, dkk.


 
_______________________
Artikel ini ditulis oleh Denni H.R. Pinontoan. Saran dan masukan silakan dikirim ke alamat email dpinontoan6@gmail.com. Pengutipan untuk penelitian atau penulisan artikel, harap mencantumkan nama 'Denni H.R. Pinontoan'. Pihak yang akan mengutip keseluruhan artikel untuk diterbitkan di media lain atau untuk kepentingan komersil lainnya, harap terlebih dahulu menghubungi penulis.

Makase banyak.