Monday, August 6, 2018

Thomas Najoan: Membujang demi Revolusi

THOMAS Najoan adalah seorang sosialis dan nasionalis revolusioner. Lelaki muda ini asal Langowan, Minahasa Tengah. Thomas Najoan lahir di Langowan pada tahun 1893. Ibunya bernama Elizabeth Sigar, ayahnya Johan Simon Najoan. Ia adalah anak ketiga dari 10 bersaudara.

Karena aktif dalam dunia gerakan melawan pemerintah kolonial Belanda, ia ditahan dan diasingkan ke Boven Digoel. Beberapa kali ia mencoba lari. Baginya, usaha lari adalah perjuangan. Pada pelarian terakhir, ia hilang ditelan hutan belantara Papua, hilang bersama cintanya.

Besluit perintah pengasingan Thomas Najoan ke Boven Digoel tertanggal 4 Maret 1927. Namun Thomas Najoan nanti dibawa ke Boven Digoel tanggal 16 April 1927. “Hari ini, Thomas Najoan dan Yusuf Taha berangkat melalui Ternate di bawah pengawalan polisi ke Digoel,” tulis De Indische Courant edisi 16 April 1927.

Padahal, Thomas Najoan sedang berencana untuk menikah dengan seorang perempuan yang dicintainya. “Rencana perkawinan pun batal. Selama di Manado Thomas mungkin sudah berusaha menyiapkannya,” ungkap Petrik Matanasi dalam Thomas Najoan, Si Raja Pelarian dalam Pembuangan.

Tidak diketahui siapa perempuan calon istrinya itu.Dan, perempuan ini adalah cinta terakhir Thomas Najoan sampai batas akhir perjuangannya.

Thomas Najoan berusia 34 tahun ketika diasingkan ke Digoel. Usia yang sudah tepat untuk menikah. Tapi sebagai seorang propagandis Partai Komunis Indonesia dan pemimpin redaksi Oetoesan Minahasa yang kritis terhadap pemerintah kolonial, bagi pemerintah Thomas Najoan adalah musuh berbahaya yang harus diasingkan. Sebagai akibat dari jiwa revolusionernya, ia pun harus merelakan harapan berumah tangga kandas.

Hidup di tempat pengasingan, sungguh menyiksa Thonas Najoan. Apalagi bagi seorang pemuda seperti dia yang pernah mengenal cinta. Hidup merdeka menikmati cinta adalah harapan yang tak berujung.

Maka, Thomas Najoan beberapa kali berusaha lari, tapi selalu saja tertangkap kembali. Sekira 11 tahun lamanya Thomas Najoan hidup dalam pengasingan sampai pada kira-kira tahun 1941 ketika ia mencoba melarikan diri lagi. Bersama dua rekannya, Saleh Rais dan Mustajab, Thomas Najoan sekali lagi mengambil keputusan berani.

Thomas dan dua kawannya meninggalkan Boven Digoel dan masuk ke belantara Papua. Setelah itu, tak ada satupun orang yang tahu ke mana dan bagaimana nasib Thomas Najoan dan Saleh Rais. “Belakangan berdasar pengakuan Yahya Malik Nasution, hanya mayat Mustajab ditemukan mengapung di sungai Digoel. Mayat Mustajab ditemukan dalam keadaan rusak dengan organ hati yang sudah diambil,” tulis Matanasi.

Ini pelarian terakhir Thomas Najoan,  yang baginya usaha dari lari pengasingan semacam itu adalah juga perjuangan. Ia hilang dalam rimba belantara, seperti cintanya yang hilang oleh rimba ganas penjajahan. 

____________
Artikel ini ditulis oleh Denni H.R. Pinontoan. Saran dan masukan silakan dikirim ke alamat email dpinontoan6@gmail.com. Pengutipan untuk penelitian atau penulisan artikel, harap mencantumkan nama 'Denni H.R. Pinontoan'. Pihak yang akan mengutip keseluruhan artikel untuk diterbitkan di media lain atau untuk kepentingan komersil lainnya, harap terlebih dahulu menghubungi penulis. 

Makase banyak.



No comments :

Post a Comment