Tuesday, August 7, 2018

Bunga, Kuliner dan Keramahan Orang Tomohon Tempo Dulu

Tomohon di awal abad 20. Foto KITLV
"DI tepi jalan terdapat pagar yang bersih dan rapi – terdiri dari setek bunga mawar atau bunga lonceng atau bunga burung atau beluntas atau balacai,” demikian Nicolaus Graafland melukiskan keadaan Tomohon pada suatu ketika di tahun 1850. 
 
Rekaman tentang Tomohon di pertengahan abad 19 itu Anda dapat baca dalam buku Nicolaus Graafland De Minahasa terjemahan Yoost Kullit berjudul Minahasa Masa Lalu dan Masa Kini.

Tomohon kala itu adalah ibu kota distrik. Sebuah kota kecil yang ramai. Orang-orang dari Tondano, Remboken, Kakas, Langowan, Tompaso, Kawangkoan dan Sarongsong yang menuju ke Manado harus melewati kota ini. “Semua gerobak yang dimuati kopi, yang berkumpul di gudang kopi distrik itu harus diangkut melalui tempat ini,” jelas Graafland.

Di distrik Tomohon terdapat lima negeri. Negeri Talete, Kamasi, Paslaten, Kolongan dan Matani. Jumlah penduduk secara keseluruhan sebanyak 2996 jiwa.
Jenis bunga yang ditanam di setiap negeri distrik Tomohon bervariasi. “Di tiap negeri sesuai pilihan kepala negeri atau ada kalanya sesuai pilihan penghuni itu sendiri, dan oleh karena itu maka ada kalanya terdapat pemandangan yang berbeda,” tulis Graafland.

Bunga-bunga di tanam di pekarangan yang luas. Graafland menggambarkan, di tengah pekarangan terletak sebuah rumah kecil dicat putih, tiang dan sandarannya dicat biru tersendiri.

Orang-orang Tomohon rupanya sudah menyukai warna-warni di masa itu. Bunga-bunga beragam warna yang menghiasi pekarangan tentu sungguh indah pemandangannya.

Selain bunga, di pekarangan ditanam pula macam-macam pohon buah. Seperti pohon pisang, berbagai jenis pohon jeruk, pinang, kopi dan kapas. Menurut Graafland ini telah memberi keuntungan bagi masyarakat.

Tanaman holtikultura juga ditanam oleh orang-orang Tomohon masa itu. “Di samping itu maka di sana-sini mereka mengadakan kebun sayur kecil-kecilan, dan menanamkan pada bedeng yang diolah rapi berbagai jenis buncis, seledri, bawang, anyis, dan lain-lain,” ungkap Graafland.

Tomohon yang berada di 700-800 di atas permukaan laut sangatlah cocok untuk tanaman bunga dan holtikultura. Kesejukan kota Tomohon selalu membri kesan bagi siapa saja yang datang ke sini. Alfred Russel Wallace yang datang ke kota ini pada Juni 1859, ketika berkunjung ke rumah Mayor di situ terkesan dengan kesejukan Tomohon. “Aku memperoleh kejutan di sini. Rumah itu besar, sejuk, dan dibangun dengan kuat dari kayu keras, dan dibangun dengan tenaga ahli dan cekatan,” ungkap Wallace dalam The Malay Achipelago.

Pada jamuan itu, Wallace menikmati keramahtamahan sang mayor dan keluarganya. “Segera setelah kami masuk, madeira dan teh pahit ditawarkan kepada kami,” kata Wallace.

Makanan malam itu sangat lezat, kata Wallace. “Unggas dimasak dalam berbagai cara; ada babi panggang yang direbus dan digoreng, fricassee dari kelelawar, kentang, nasi dan sayuran lainnya,” jelas Wallace.
Sambil menikmati lezatnya makanan, kata Wallace, mereka juga menikmati bir yang melimpah.

Graafland juga pernah berkunjung ke rumah mayor ini. Ketika dijamu oleh sang Mayor dan keluarga, dia menikmati sebuah penyambutan yang sangat terhormat.
“Lihatlah sekeliling: sebuah meja makan, yang oleh banyak orang Eropa akan merasa dihormati. Semuanya rapi dan jernih: taplak dan serbet, pirin, sendok, pisau meja, gelas,”tulis Graafland.

Jenis masakan yang disajikan di meja makan terasa sangat lezat. “Pertama-tama saya menunjukkan kepada Anda sup, yang disajikan dalam pinggan sup  yang bagus. Di sana Anda melihat piring besar yang di atasnya terdapat daging babi hutan, yang kelihatan enak sekali, yang ada dapat makan bersama kentang yang bagus, yang ada kalanya enak sekali; di sini terpampang ayam kampung yang gemuk, yang digoreng enak sekali,” Graafland menggambarkan secara detil.

Dengan latar gunung Lokon, tentu semua semakin menjadi indah.


___________________

Artikel ini ditulis oleh Denni H.R. Pinontoan. Saran dan masukan silakan dikirim ke alamat email dpinontoan6@gmail.com. Pengutipan untuk penelitian atau penulisan artikel, harap mencantumkan nama 'Denni H.R. Pinontoan'. Pihak yang akan mengutip keseluruhan artikel untuk diterbitkan di media lain atau untuk kepentingan komersil lainnya, harap terlebih dahulu menghubungi penulis. 

Makase banyak.


No comments :

Post a Comment