Pdt. A.Z.R. Wenas |
Bulan
Mei, serangan udara oleh AURI menghancurkan pesawat-pesawat milik Permesta di
Mapanget, rumah-rumah sakit dan beberapa gedung penting lainnya. Bulan
Juni Marinir dan infrantri juga
melakukan penyerbuan. Maka diumumkanlah wilayah Minahasa berada dalam keadaan
perang.
Akibat
serangan udara, laut dan darat yang beruntun itu, kelompok-kelompok pasukan tentara
Permesta terus terdesak. Menyusul setelah itu pecah konflik di di kalangan pemmpin
Permesta.
Situasi
kian hari kian memburuk. Terjadi pengungsian besar-besaran di kalangan rakyat mencari
tempat aman. “Mereka semua hidup dalam ketakutan, karena bila hendak mengambil
sesuatu dari kampungnya, dapat dituduh sebagai mata-mata oleh Permesta, atau
sebaliknya dicurigai oleh TNI/Partisan sebagai membantu Permesta,” tulis H.B.
Palar dalam Minahasa Benteng Terakhir
NKRI.
Situasi
itu tergambar dalam surat yang disampaikan oleh Badan Pekerdja Geredja Masehi
Indjili Minahasa yang ditandangani oleh Ketua Sinode Pdt. A.Z.R. Wenas
tertanggal 26 September 1959 kepada Presiden Soekarno:
“Bapak
Presiden Jang Mulia!
“Pergolakan
daerah Minahasa makin hari makin menghebat demikian penderitaan rakyat makin
memuntjak; realiteit dihari-hari jang achir ini jaitulah: Pembunuhan manusia
dan pembakaran rumah-rumah/negeri-negeri makin bertambah.”
“Ini
mengertikan tanah kami Minahasa menghadapi keruntuhan dan kehantjurannja.”
“Bapak
Jang Mulia! Terhadap realiteit ini kamu tunduk; kami melihatnja dan memahaminja
sebagai hukum Tuhan Allah jang mahakudus atas dosa dan kesalahan kami baik
selaku rakjat baik selaku geredja di Minahasa.”
Demikian
seperti termuat dalam buku Ds. A.Z.Wenas
(1897-1967) Pelajan Geredja di Minahasa, Bulletin Dewan Gerejagereja Sulutteng,
terbit tahun 1968.
Setahun
sebelumnya, juga termuat di buku itu, yaitu Maret 1958 Sidang Sinode G.M.I.M mengeluarkan seruan
yang ditandatangani oleh Ds. Wenas selaku ketua sinode menyikapi situasi
mencekam di Tanah Minahasa akibat pergolakan tersebut. Tentara pusat membom
Kota Manado dan beberapa tempat lainnya, termasuk Rumah Sakit Gunung Maria.
Seruan tersebut antara lain berbunyi:
“Tinggalkan
an hentikanlah djalan kekerasan, melalui pemboman, perang saudara antara kita
dengan kita. Hentikanlah pemuntahan peluru dan granat pada Kota Manado atau
kota-kota lain jang telah mengakibatkan tewasnya orang2 jang tiada bersalah.”
Situasi
ini perang ini rupanya membawa pengaruh bagi hubungan antara umat dan para
pemimpin Katolik dan Protestan. Para pemimpin umat ini berasal dari dua gereja
Kristen yang memiliki sejarah konflik sejak berabad-abad lalu. Dengan perang
ini rupanya lahir sebuah hubungan yang baru.
“Pendeta
atau pastor yang hari-hari mendampingi mereka itulah gembalanya, pemimpin spiritual
maupun pelindung terhadap kekerasan sesama,” ungkap Palar.
Pada
tanggal 25 Desember 1958, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya,
sungguh-sungguh nyata di hari Natal itu. Paduan suara Katolik dari paroki Hati
Kudus Tomohon mengikuti dan menyanyikan lagu-lagu rohani pada kebaktian di
gereja Sion Tomohon. Itu boleh terjadi karena Pdt. A.Z.R. Wenas, ketua Sinode
GMIM telah dengan tulus mengundang paduan suara itu, dan C. De Bruyn, seorang
pastor Katolik asal Belanda, pemimpin paduan suara ini telah dengan terbuka menerima undangan
pemimpin gereja Protestan tersebut.
“Peristiwa
itu unik dan menggemparkan, karena hingga saat itu umat Protestan dan Katolik
(Noskap dan Romes) tersekat tebal,” jelas Palar.
Menurut
Palar, hal itu boleh terjadi karena ternyata antara Pdt. Wenas dan pastor C. De
Bruyn sudah lama kenal jauh sebelum Perang Dunia ke-II. Ceritanya, waktu Pdt.
Wenas pulang dari studinya di Belanda, secara kebetulan ia satu kapal dengan
pastor Bruyn. Karena tujuannya sama, yaitu ke Minahasa maka terjadilah
percakapan dan pertemanan di antara mereka berdua.
Ketika
bertemu lagi di Tomohon pada masa perang iitu, kedua pemimpin umat ini
melanjutkan pertemanan mereka untuk suatu upaya perdamaian.
“Mereka
bertemu lagi di Tomohon tahun 1958, lalu memulaikan langkah baru dalam sejarah
gereja Kristen umat beragama di Minahasa,” tulis Palar.
_______________________
Artikel ini ditulis oleh Denni
H.R. Pinontoan. Saran dan masukan silakan dikirim ke alamat email
dpinontoan6@gmail.com. Pengutipan untuk penelitian atau penulisan artikel,
harap mencantumkan nama 'Denni H.R. Pinontoan'. Pihak yang akan mengutip
keseluruhan artikel untuk diterbitkan di media lain atau untuk kepentingan
komersil lainnya, harap terlebih dahulu menghubungi penulis.
Makase banyak.
Makase banyak.
No comments :
Post a Comment