Ambon abad 19 (Sumber: http://negerisaparua.blogspot.com/) |
Pada abad 19 ada cerita orang Sarani (Kristen) menolong orang Islam di Ambon
dalam buku pengajaran di midras
TAHUN 1862 terbit sebuah kitab atau buku pengajaran untuk
murid-murid midras (sekolah milik zending) di Maluku. Pengarangnya seorang guru
dari Jerman yang bekerja pada Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG),
Bernhard Nikolas Johann Roskott (1811-1873). Buku itu berisi kumpulan cerita yang
mengandung pesan-pesan keagamaan.
Salah satu ceritanya berjudul “Pengasеhаn Pаdа Samanja Manusija” atau dalam bahasa Melayu modern
(bahasa Indonesia), “Kasih pada Sesama Manusia”. Cerita ini diadaptasi dari
sebuah kisah di Perjanjian Baru, yang oleh kebanyakan orang Kristen mengenalnya
sebagai kisah Orang Samaria yang Murah Hati dalam kitab Lukas 10:29—37.
"Saawrang Islam jang mawu pulang pada negerinja dapatlah
sakit pajah di-antara djalan pada sawatu tampat sunji di hutan, ija sudah
bernanti lama-lama kaluw-kaluw trada satu awrang djadi langgar tampatitu,
sopaja dija bawleh minta tulong sedikit, karana badannja terlalu
lombot."
Demikian Roskott memulai cerita itu
dalam buku karangannya berjudul Kitab Pembatjaan Guna
Sekalijen Anakh-anakh Midras di Pulaw-pulaw Molukko, terbit
1862.
Berbeda dengan kisah di kitab Lukas yang
tidak menyebut identitas orang yang membutuhkan pertolongan itu, pada cerita
ini Roskott menyebut orang itu beragama Islam.
Orang Islam ini, menurut cerita Roskott itu
hendak pulang ke negerinya. Di tengah jalan, ia melewati sebuah hutan yang
sunyi. Tiba-tiba ia mendapat sakit. Ia lalu menunggu di situ berharap ada orang
yang lewat agar ia mendapat pertolongan.
Cerita berlanjut:
“Hampir-hampir malam duwa
awrang Sarani, Satu nama Johan, jang lajin nama Pieter, datang langgar
tampat itu, lalu lihat awrang Islam, tidor dibawah satu pohon kajuw.—Johan
bilang pada tamannja Pieter: tantu manusija ini sudah dapat sakit, karana dija
putjakh sakali-kali, mari kita awrang tulong dija sedikit, djangan dija tinggal
sendiri-sendiri di hutan pada malam ini, gampang dija mati disini.”
Mungkin karena pendengar cerita ini adalah
anak-anak midras yang Kristen, maka Roskott sengaja menyebut, bahwa dua orang
yang lewat itu adalah beragama “Sarani” (Kristen). Satu bernama
Johan, yang lain bernama Pieter.
Apa yang dilakukan oleh kedua orang Sarani
ini kepada orang Islam yang sedang sakit itu?
“Tetapi Pieter trada mawu,
dija kata: bejta misteer apa dangan awrang Islam itu, sabantar glap, kalu kita
awrang mawu tulong awrang sakit ini, kita awrang dapat glap di djalan, mari,
tinggal dija, kita awrang pigi,” demikian
lanjutan cerita.
Pieter, yang orang Sarani itu ternyata tidak
menolong orang Islam itu dengan alasan hari mulai gelap. Takut kemalaman di
jalan.
Bagaimana dengan Johan?
“Dija pergi tjahari ajerkassi minom pada awrang jang sakit itu, habis dija (jahari rompot kring, kassi tidor awrang sakit, dan kompol kajuw api, lalu tinggal djaga dengan awrang sakit sampej sijang, baharuw dija bawa pulang awrang Islam itu sampei di negerinja.”
Johan menolak ajakan Pieter untuk segera
berlalu dari tempat itu. Johan mengambil tindakan menolong orang Islam itu. Dia
memberinya minum. Mengumpul rumput kering agar si orang Islam yang sakit dapat
tidur di situ. Dia menjaganya sampai siang. Lalu membawa pulang ke
negerinya.
Sebagai sebuah cerita untuk anak-anak,
Roskott menambahkan pesan mengenai upah dari berlaku kasih.
“Вini, anakh deri awrang
Islam minta banjakh tarima kassi pada Johan,dan samowa awrang Islam
didalam negeri itu pudji Johan deri sebab dija punja pengasehan. Lebeh djawoh
lagi pemarentah tanah sudah dengar bowatan jang bagus itu deri Johan, Ialu
memberi sawatu pangkat jang hhormat pada dija, tetapi Pieter dapat banjakh
tjela deri sakalijen taman-tamannja.”
***
Pertengaham abad 15, Islam sudah menjadi agama di kalangan keluarga
kerajaan-kerajaan di Maluku Utara. Islam masuk di wilayah ini melalui jalur
perdangan. Kekristenan Katolik dari Portugis menyusul datang pada abad
XVI. Sejak saat itu, orang-orang di Maluku telah mengenal dua agama ini.
Setelah Kristen Katolik dari Portugis, pada abad XVII agama
Kristen Protestan dari Belanda datang diperkenalkan oleh pendeta-pendeta VOC.
Setelah VOC bangkrut pada tahun 1799, datanglah era pemerintahan Hindia
Belanda. Ada masa pendek kekuasaan Inggris sebelum
Belanda melanjutkan penguasannya.
Kerajaan-kerajaan Islam di Maluku Utara semakin kokoh. Kristen
Protestan yang disebarkan oleh para zendeling juga mendapat tempat pada
masyarakat luas.
Chris de Jong dalam tulisannya berjudul “Leven en werk van Bernhard Nikolas Johann Roskott
(1811-1873) op Ambon” menyebutkan, orang-orang Kristen
Protestan kebanyakan terkosentrasi di negeri-negeri wilayah Maluku Tengah,
yaitu Ambon, bagian barat dan tengah Seram, Buru, Haruku, Saparua, Nusalaut,
Ambalau, Manipa, Kelang dan Boano.
Sementara orang-orang Islam terutama terdapat
di Hitu, wilayah semenanjung utara dari Ambon, lalu di beberapa negeri di
sepanjang pantai utara dari Saparua, Haruku, pantai Seram dan pantai barat
pulau Seram.
Menurut Karel Steenbrink dan Mesakh Tapilatu
dalam A History of Christianity in Indonesia (editor Jan
Sihar Aritonang, Karel Steenbrink,
terbit tahun 2008) pada tahun 1821, di luar kota
Ambon, terdapat sekolah dan jemaat di 28 desa di pulau Ambon; Haruku memiliki 7
sidang, Saparua 13, Nusalaut 7, dan Seram 13 dan ada sidang kecil di Buru,
Manipa, dan Boano. Ini hanya wilayah Maluku Tengah.
Pada tahun 1821 jumlah orang yang dibaptis di Maluku Tengah
sebanyak 30.435. Tahun 1837 meningkat sedikit menjadi 35.877. Hingga tahun 1850an, jumlah orang Kristen di Maluku sekitar 45
persen, Islam lebih banyak. Kedua agama telah menjadi bagian dalam kehidupan
keagamaan orang-orang Maluku.
Di era ini, salah satu yang dikerjakan oleh para zendeling adalah
mendirikan sekolah-sekolah atau midras. Tokoh yang berperan penting dalam pengembangan pendidikan
di Maluku, dan bahkan dampaknya hingga ke Minahasa adalah Bernhard Nikolas
Johann Roskott, pengarang buku itu.
De Jong menyebutkan, Roskott adalah
seorang guru dari Jerman yang datang ke Ambon pada 1835. Tiba di sana pada bulan
Maret 1835. Steenbrink dan Tapilatu menyebutkan, Roskott
adalah seorang guru yang memiliki
kualitas tinggi.
Ketika berada di sana, Roskott lalu mendirikan Sekolah
Pelatihan Guru di Batumerah.
Sekolah ini menghasilkan guru-guru, yang bukan hanya untuk sekolah-sekolah di
Maluku, tapi beberapa di antaranya juga dikirim ke Minahasa.
Di Maluku, pendirian sekolah-sekolah sudah
diupayakan oleh pihak VOC sejak abad 17. R.Z. Leirissa dalam tulisannya
berjudul “Midras dan Ambonsche Burger School: Dua Bentuk Sekolah Yang Bertolak
Belakang Di Maluku Tengah Dalam Masa Penjajahan” dalam Pendidikan
Sebagai Faktor Dinamisasi Dan Integrasi Sosial (1989) mengatakan, pada
abad ke-17 hampir setiap desa di kepulauan cengkih di Maluku Tengah, yaitu
Ambon, Saparua, Haruku , dan Nusalaut sudah mempunyai sekolah. Kecuali Seram,
Buru, dan lain-lain, daerah-daerah yang
tidak menghasilkan cengkih.
Perkembangan signifikan terjadi sejak
kedatangan Roskott tahun 1835.
“Antara 1835 sampai 1864 sekolah guru Roskoot
ini menghasilkan lebih dari seratus orang ‘guru midras',” tulis Leirissa.
Kenyataan adanya negeri-negeri Islam Maluku,
ternyata menjadi konteks pengajaran di midras-midras. Roskott rupanya memberi perhatian juga
terhadap hubungan antara Kristen dan Islam di sana. Melalui ceritanya itu ia
mengajarkan bagi murid-murid midras untuk berlaku kasih kepada sesama manusia,
termasuk kepada orang-orang Islam.
“Вarang sijapa ada
dalam susah ataw tjelaka ada samamu manusija hendakhlah kamu tulong dija
barapa-barapa bawleh, bagitu djuga Bapa samawi akan pandang kamu salaku
anakh-anakhпja jang kekaseh,”
demikian Roskott menutup ceritanya dengan pesan kasih.(*)
_______________________
Artikel ini ditulis oleh Denni H.R. Pinontoan. Saran dan masukan silakan dikirim ke alamat email dpinontoan6@gmail.com. Pengutipan untuk penelitian atau penulisan artikel, harap mencantumkan nama 'Denni H.R. Pinontoan'. Pihak yang akan mengutip keseluruhan artikel untuk diterbitkan di media lain atau untuk kepentingan komersil lainnya, harap terlebih dahulu menghubungi penulis.
*Jika anda ingin menghubungi saya terkait dengan artikel yang dibaca di blog ini, atau untuk menyampaikan sesuatu boleh melalui:
Makase banyak.
No comments :
Post a Comment